Langsung ke konten utama

Indahnya sebuah pemanasan…(Part 2)

Berhubungan dengan episode sebelumnya mengenai pemanasan alat tiup, marilah kita lanjutkan pembicaraan berikutnya. Latihan selanjutnya adalah memperhatikan nada pendek dan nada stakato.

SHORT NOTES
Biasanya latihan ini merupakan rangkaian pemanasan setelah Long Tones. Pemanasan ini bertujuan untuk memperkuat nada stakato, aksentuasi dan tekanan nada. Berawal dari nada ‘do’ ditiup sebanyak 4 atau 8 ketuk, dilanjutkan ke skala
berikutnya.

Nah, untuk yang ini barangkali lebih banyak detail yang harus diperhatikan, mengingat pemain merasa ‘gampang’ untuk dimainkan (tidak perlu nafas banyak, pendek pula notnya). Namun jangan salah kaprah, justru kebanyakan persoalan artikulasi lagu berawal dari cara pemain meniupkan alatnya.

Tanpa melihat secara teori yang benar dan referensi yang akurat, pasti anda yang biasa mendengar suara stakato pada alat tiup, akan terasa perbedaannya di setiap pemain. Tiupan berlafal “Ta”, “Tat”, “Da”, “Du”, “Di” mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lainnya. Tergantung dari tanda baca dalam not, anda sebagai pelatih mempunyai
preferensi tersendiri untuk mengekplorasi tipe suara yang dihasilkan oleh artikulasi tersebut. Namun, yang terpenting adalah, artikulasi dan lafal tiupan di setiap pemain HARUS sama untuk satu tanda baca not !! Dan semua itu berawal dari pemanasan stakato yang ‘membosankan’ bagi pemain, tapi penting sekali untuk menyeragamkan bentuk dan karakter suara brass.

MEMBOSANKAN
Nah, ini dia yang menjadi kendala di hampir semua pemain!! Bukannya apa-apa, saat pemanasan dimulai, apakah semua senior yang sudah ‘jago-jago’ dan sudah bertanding di GPMB berkali-kali itu akan mengikutinya? Saya jamin
mungkin sedikit, bahkan tidak ada yang ikut. Mengapa? Sebagian besar senior ini akan berpikir, “Ah, pemanasan seperti itu bosan, ga ada efek tambahan bagi saya.”

Hal-hal ini kemungkinan berdampak buruk pada kekompakan tim, terutama hubungan antara senior dengan juniornya. Secara psikologis, mereka akan membuat kesenjangan antar pemain, yang akan berakibat pada semangat dan kekompakan tim. Bailey (1995) menyebutkan, “Tujuan sebuah latihan adalah lebih kepada tujuan psikologis
daripada musikalnya.” Disisi teknis, ketidakhadiran senior ini akan berdampak teknik tiupan akan cenderung berbeda antar pemain senior dan junior, dan akan berakibat pula pada perbedaan artikulasi tiupan.
Jadi, bagaimana mengantisipasi ‘kebosanan’ ini? Adalah tugas seorang pelatih dan pemberi materi untuk memikirkan hal ini. Kebanyakan mereka lebih terkonsentrasi pada pemberian materi lagu paket, memoles dan memperbaiki (drill)
lagu tersebut. Bagi saya pribadi, saya lebih menyenangi untuk memoles pemanasan dasar dan menguliknya menjadi sebuah lagu atau kord sederhana, namun menunjang ke teknis lagu tersebut. Sedikit saran tentang pemanasan dasar dan bervariasi antara lain:
a. Untuk pemanasan nada panjang skala do, dibuat 3 suara (do, me, sol), trumpet dan mello mulai dengan do 8 ketuk, saat high brass meniup me, trombone baritone eup baru mulai dengan ‘do’, begitu seterusnya, sehingga tercipta 2 – 3 suara yang berbeda.
b. Untuk pemanasan nada pendek juga dapat dilakukan bervariasi, buatlah kord sederhana yang mewakili teknik tiupan stakato.
c. Pemanasan campuran, yang menggabungkan antara kord nada panjang dengan nada pendek (tonguing technique), maka tercipta lagu sederhana sebagai penunjang lagu proyek. Ketika saya melatih sebuah unit di Jakarta, saya memakai lagu pemanasan untuk menunjang lagu proyek, dan ini terbukti sangat efektif dalam meningkatkan kemampuan pemain. (contoh lagu dapat di download).

Fokus
perhatian:
a. Saat ketukan pertama dibunyikan, apabila tidak sama nadanya atau ketukan lebih cepat, maka pemanasan diulangi dari awal. Biasakan seperti itu, agar pemain lebih fokus dan konsentrasi.
b. Saat kord dimainkan, suruh para pemain untuk mendengarkan suara rekan yang mempunyai nada yang berbeda dengan nada yang ditiupnya. Ini mengajarkan kepada mereka untuk mendengar dan menikmati kord sebuah lagu, agar mereka peka terhadap not yang lain. Manfaat lain adalah pemain dapat belajar ‘sound-balanced’ antar sesamanya.
c. Artikulasi setiap pemain mulai dibenahi di setiap pemain, dan kemampuan antara junior dengan senior disamakan. Ajak para senior untuk melatih juniornya dan beri target kepada mereka agar kemampuan junior dapat menyamai seniornya. Dan untuk senior, jangan biarkan mereka tidak latihan pemanasan. Beri mereka teknik yang lebih tinggi dan menantang lagi.

KESIMPULAN (dari part 1 dan 2)
Seberapa kreatifnya dan jelinya sang pelatih menjadi faktor utama efektifnya sebuah pemanasan. Kurangnya perhatian yang baik tentang pemanasan menyebabkan ketidakefektifan pemanasan itu sendiri, dan hal ini sudah menghabiskan waktu yang seharusnya dapat meningkatkan teknik dan kemampuan para pemain. Beberapa saran para ahli yang kiranya dapat membantu secara psikologis antara lain:

a. Barry Ward: Penampilan band bagus berawal dari pemanasan yang tersusun rapi dan kreatif (Whaley, 2005). Sebuah part pemanasan dapat diimprovisasi sedemikian rupa agar dapat mendukung pemanasan dasar itu sendiri. Beri judul yang menarik untuk setiap pemanasan baru, seperti “Not Neraka”, “Longest Not Ever…”, “Lidah Kejepit”, yang dapat menarik perhatian pemain.
b. Wayne Bailey: Pemanasan terdiri dari teknik nafas, flexibility exercise, long tones, dan power buildings. Latihan nafas merupakan latihan yang SANGAT PENTING untuk membangun kekuatan dan kontrol nafas. Latihan ini juga mempengaruhi kualitas suara (tone quality) dari setiap pemain (Bailey, 1995). Sekali lagi, pelatih HARUS berada di setiap pemanasan untuk mengontrol jalannya latihan ini.

Dalam satu kalimat, buatlah pemanasan semenarik mungkin bagi para pemain, berilah tantangan yang baru di setiap pemanasan, agar pemain terpacu untuk mengikutinya dengan serius. Dan terakhir, musik itu adalah keindahan, berawal dari pemanasan yang ‘indah’.

Selamat berlatih,

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Routing Information Protocol (RIP)

Routing Information Protocol (RIP) adalah sebuah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan LAN ( Local Area Network ) dan WAN ( Wide Area Network ). Oleh karena itu protokol ini diklasifikasikan sebagai Interior Gateway Protocol (IGP). Protokol ini menggunakan algoritma Distance-Vector Routing . Pertama kali didefinisikan dalam RFC 1058 (1988). Protokol ini telah dikembangkan beberapa kali, sehingga terciptalah RIP Versi 2 (RFC 2453). Kedua versi ini masih digunakan sampai sekarang, meskipun begitu secara teknis mereka telah dianggap usang oleh teknik-teknik yang lebih maju, seperti Open Shortest Path First (OSPF) dan protokol OSI IS-IS. RIP juga telah diadaptasi untuk digunakan dalam jaringan IPv6, yang dikenal sebagai standar RIPng (RIP Next Generation / RIP generasi berikutnya), yang diterbitkan dalam RFC 2080 (1997). Gambar 1 . Routing Information Protocol A.  Cara Kerja Rip Host mendengar pada alamat broadcast jika ada update routing dari gatewa

Jadi seorang pelatih Drumband TK, "siapa takut"?

Mungkin untuk orang awam pelatih marching band /  drumband hanya mengajar di sekolah SD-SMP-SMA- Umum saja. padahal di sekolahan TK juga ada yang mempunyai eskul drumband. bahkan orang sampai terkejut mendengar TK ada eskul drumband juga. :D waktu saya mengikuti acara pelantikan, kebetulan senior saya mengajak ngajar bareng untuk di sekolahan TK. awalnya sih saya ragu untuk mengambil job ini. karena saya biasa mengajar di sekolahan tingkat SMP-SMA saja. mungkin ini sebuah tantangan untuk saya agar bagaimana saya bisa menghadapi tingkah dan pola pikir mereka. ketika pertama kali saya datang mengajar di TK, reaksi saya "kaget ,shock dan bingung". anaknya kecil-kecil semua kemudian alatnya pun kecil pula karena disesuaikan dengan badan mereka, apalagi ketika ingin memberikan materi pemanasan, pasti pemanasannya tidak sama dengan yang saya ajar di SMP. begitu juga dengan lagu. untungnya para ibu guru TK mau membantu pelatihnya. :D  ibarat anak mengikuti dari induknya .

Marching Band Swara Bahana Mahardhika Jakarta

      Marching Band Swara Bahana Mahardhika Jakarta dibentuk sekitar tahun 2012 dan di sponsori alat TAMA & Cavaliers oleh Bahana Mahardhika. pada awalnya sebuah unit band kecil dari Brass Ensemble. pertama kali MB SBM mengikuti lomba Brass Band di ajang lomba BMBC 2012. dengan komposisi pemain kurang lebih berjumlah 20 orang. Tahun 2013 MB SBM mengikuti lomba contest Percussion Ensemble di TAMA Marching Indonesia Percusion,Sabuga bandung. 3 bulan berikutnya mengikuti lomba contest Brass Band di BMBC 2013 UPI-Bandung. Seiring perjalanan dari tahun ke tahun, akhirnya di tahun 2015, MB SBM mengikuti lomba GrandPrix Marching Band (GPMB) 2015. di tahun 2015 mempunyai rintangan besar untuk menghadapi segala tantangan ini. MB SBM harus rela kehilangan 18 orang karena pengaruh dari oknum pihak luar. tapi sesuai dengan Tema MB SBM yaitu "Badai Pasti Berlalu - Tribute Chrisye". dengan penuh kesabaran dan perjuangan, akhirnya dalam kurang dari 2 bulan bisa melewati